PINK adalah warna yang sering sekali diidentikan dengan kaum hawa. Mengapa begitu? Itu adalah pertanyaan yang selalu terlintas (bolak-balik) dalam pikiran saya. Kenapa harus pink? Kenapa gak hijau misalnya? Atau kuning? Atau oranye? Saya sendiri juga tidak tahu alasan kenapa pink menjadi warna yang dekat bagi para wanita. Tapi ada satu alasan yang jelas, yang saya ketahui sendiri, yaitu mengapa saya tidak menyukai warna pink.
Jika berkaca pada masa lalu, zaman ketika saya masih menggunakan seragam putih merah, alias waktu duduk di bangku sekolah dasar, warna pink adalah salah satu warna favorit saya. Apalagi kalau dipadukan dengan warna ungu, rasanya pas sekali. Alhasil, ibu saya selalu menyebut-nyebut pingu-pingu pada saya (singkatan dari pink dan ungu). Oleh karena itu, kalau teman-teman melihat benda kepunyaan saya berwarna pink, sudah dapat dipastikan bahwa usianya sudah lebih dari sembilan tahun.
Ketika saya beranjak ke bangku sekolah menengah pertama, rasa suka saya terhadap warna pink malah berubah menjadi benci (kalo boleh lebay sampai bilang benci). Alasannya cukup sederhana. Karena warna pink identik dengan perempuan. Ya. Menyadari hal tersebut, saya jadi tidak lagi suka dengan warna pink. Saya tidak suka dengan sesuatu yang girly (saat itu), yang selalu identik dengan warna pink. Karenanya semua hal yang bernuansa pink menjadi hal yang menjijikan di mata saya. Alhasil, warna pink sangat saya hindari. Hingga saat ini hal tersebut masih terus berlanjut.
Jika berkaca pada masa lalu, zaman ketika saya masih menggunakan seragam putih merah, alias waktu duduk di bangku sekolah dasar, warna pink adalah salah satu warna favorit saya. Apalagi kalau dipadukan dengan warna ungu, rasanya pas sekali. Alhasil, ibu saya selalu menyebut-nyebut pingu-pingu pada saya (singkatan dari pink dan ungu). Oleh karena itu, kalau teman-teman melihat benda kepunyaan saya berwarna pink, sudah dapat dipastikan bahwa usianya sudah lebih dari sembilan tahun.
Ketika saya beranjak ke bangku sekolah menengah pertama, rasa suka saya terhadap warna pink malah berubah menjadi benci (kalo boleh lebay sampai bilang benci). Alasannya cukup sederhana. Karena warna pink identik dengan perempuan. Ya. Menyadari hal tersebut, saya jadi tidak lagi suka dengan warna pink. Saya tidak suka dengan sesuatu yang girly (saat itu), yang selalu identik dengan warna pink. Karenanya semua hal yang bernuansa pink menjadi hal yang menjijikan di mata saya. Alhasil, warna pink sangat saya hindari. Hingga saat ini hal tersebut masih terus berlanjut.
Tapi, mengapa bisa ada foto ini bisa terpampang?? (sedikit narsis)
Ini adalah berkat desakan dan rayuan kawan-kawan seperjuangan yang hendak berfoto di studio. Mereka menentukan dresscode untuk para wanita adalah pink, dan para pria adalah biru. Karena saya hanyalah personel tambahan di sana, saya hanya ikut saja. Semula saya mengenakan kaos bermotif bunga-bunga berwarna kuning dan oranye. Sangat kontras dengan warna pink (tentu saja). Jadi sempat agak ragu juga untuk memenuhi ajakan teman-teman saya itu. Tapi akhirnya rayuan mereka mengalahkan keengganan saya untuk ikut. Sesampainya di studio foto, ternyata ada yang membawa "kostum" lebih. Akhirnya dengan rayuan yang lebih dahsyat jadilah saya seperti yang tampak pada foto di atas.
Semoga ini menjadi yang pertama dan yang terakhir.
Saya tidak mau lagi. Tolong jangan dipaksa.
Semoga ini menjadi yang pertama dan yang terakhir.
Saya tidak mau lagi. Tolong jangan dipaksa.
wahhh wahhh WAHHHHHH!!!
ReplyDelete*_*
sungguh..itu dipaksa >_<
ReplyDelete