Sunday 24 July 2011

Apa Benar ini Mati Lampu?

Baterai laptop tinggal separuh. Koneksi internet pun didapat dari laptop sebelah. Malam ini, meski seharusnya saya tidak di sini lagi, tapi kenyataan berkata lain. Ya, saya sedang menginap di asrama yang notabene seharusnya sudah saya tinggalkan.

Malam ini, setelah melepas kepergian personil e-Band 2010 yang hendak menuju Jogja, saya memutuskan untuk ikut menginap di asrama, karena jaraknya lebih dekat dibanding harus pulang ke rumah. Tak disangka, entah mengapa, listrik di asrama mati. Kini saya hanya mengandalkan penerangan senter dari ponsel, dan batere laptop yang sudah hampir tersisa sepertiganya.

Mulanya saya memberanikan diri untuk mengecek ke luar, dan untuk menyalakan saklarnya. Namun sesampainya di ruang tengah, saya urungkan niat saya itu. Dalam pikiran saya tiba-tiba banyak hal yang berkecamuk. Melirik rumah sebelah dari kaca belakang. Lampunya tidak mati. Oh, tidak, artinya hanya tempat kami saja yang mati lampu. Mengingat hanya tertinggal saya seorang diri yang masih terjaga, saya benar-benar mengurungkan niat saya untuk mengecek kondisi di depan. Karena hal yang paling saya takutkan adalah bagaimana kalau memang ada yang sengaja mematikan saklar itu, lalu dia menunggu ada seseorang yang keluar untuk mengeceknya. Ah, tidak, lagi-lagi imajinasi saya mulai berlebihan. Namun karena sudah sempat terlintas pikiran seperti itu, maka saya putuskan untuk menulis saja di blog, dengan segenap energi yang tersisa. Semoga semua itu memang hanya imajinasi saya saja. Ya, saya akan cek kondisi sekringnya besok pagi saja.

Friday 1 July 2011

Ini Kosan Irfan?

Entah mengapa mengingatnya membuat saya merinding, takut akan sesuatu yang tidak baik dapat terjadi.

Hal ini terjadi kemarin, tepatnya tidak lama setelah adzan maghrib berkumandang. Saya baru saja selesai berwudhu dan berjalan ke ruang tengah untuk menunaikan shalat maghrib. Namun saya dikejutkan oleh siluet pemuda di pintu depan. Sontak saja saya memekik dan langsung berlari ke arah sudut mati pandangan pemuda itu. Tentu saja dengan kondisi lampu dalam menyala dan gorden yang tersingkap, pemuda itu dapat melihat jelas ke ruang tamu dan sebagian ruang tengah melalui pintu yang didominasi kaca itu. Sungguh mengagetkan.

"Tunggu sebentar," saya menjawab kedatangannya.

Memang saat itu beberapa orang dari asrama putra memang sedang beristirahat sejenak di tempat kami setelah kepulangan kami dari kegiatan bakti sosial hari itu. Tapi mereka semua sedang pergi ke masjid. Jadi, siapakah yang ada di balik pintu depan itu. Saya rasa (saat itu) saya tidak mengenalnya. Setelah cukup bersiap, saya beranjak menuju pintu depan dan membukanya. Oops, ternyata tidak terkunci. 

Benar saja, pemuda itu tidak saya kenali.

"Hendak mencari siapa ya?"

"Apa ini kosan irfan?" tanyanya

"Bukan."

Pemuda itu pun langsung melengos pergi. Saya pun langsung menutup pintu dan TIDAK LUPA menguncinya.

Setelah selesai shalat maghrib dan penghuni asrama putra kembali dari masjid, kami berbincang sejenak. Saya pun bercerita mengenai kejadian tadi.

Ternyata ada tanggapan mengejutkan yang diungkapkan oleh salah satu dari mereka.

Berikut penuturannya (tidak persis sama, namun secara substansi sejalan) :

Aku pernah diceritain ama seorang bapak-bapak. Ada kejadian seseorang datang dan mengaku sebagai teman dari salah satu pemilik kamar kosan (yang sedang tidak ada di tempat) lalu berkata pada orang yang tinggal di kamar lain di kosan itu kalau dia disuruh ama si pemilik kosan untuk mindahin isi kamarnya ke tempat lain. Si pemilik kamar lain (dengan polosnya) mempersilakan. Dan ternyata setelah si pemilik balik ke kosan, dia sangat terkejut bukan kepalang karena melihat kamarnya yang kosong melompong.

Ckckck.. Ada-ada saja cara maling beroperasi.

Saya pun teringat akan plang di depan yang bertuliskan huruf besar-besar "ASRAMA PUTRI BEASTUDI ETOS BANDUNG". Lha, kok masih tanya, apa ini kosan Irfan?