Saturday 16 January 2016

[IDN vs MYS] #1 Mata Ikan

MYS: *meringis menahan sakit*
IDN: Kenapa?
MYS: Sakit nih, mata ikan. *sambil menunjuk bibir bagian dalam*
IDN: Itu sih sariawan. Mata ikan disini. *sambil menunjuk telapak kaki*
MYS: Sariawan?

Satu frasa yang berbeda makna.
Mata ikan.

Friday 15 January 2016

[IDN vs MYS] #0 Perkenalan

Well, menjadi satu-satu nya orang Indonesia (IDN) di lab -bahkan di kampus, sampai saat tulisan ini ditulis- tidak menjadikan saya diam menyendiri seolah tidak ada teman. Malahan ini menjadi motivasi terbesar untuk dapat lebih aktif berinteraksi dengan kawan-kawan lain dari berbagai negara. Culture shock pasti ada. Beruntungnya masih ada kawan dari Malaysia (MYS) di lab tempat saya bernaung saat ini, yang mana setidaknya kami masih dari satu ras, melayu. Meski demikian, masih saja ada culture shock itu. 

Untuk mengabadikan kenangan-kenangan dalam upaya saling memahami inilah, saya buat tulisan bertajuk "IDN vs MYS".
//halah

Artikel #0 ini hanya sebagai perkenalan dan penjelasan asal usul mengapa tulisan berikut-berikut-nya dibuat. Tidak ada maksud menyinggung pihak mana pun ya.

Selamat memahami.

Wednesday 26 August 2015

Berlatih berbahasa Jepang - Pendahuluan

Selama studi di Jepang, tentu saya pun harus mampu berbicara bahasa setempat agar dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan lebih leluasa. Berbekal belajar seadanya dari web dan buku saat di Indonesia, sempat juga ikut kelas komunitas (namun hanya sempat dua kali pertemuan), dan dilanjut sepuluh kali pertemuan di kelas bahasa jepang yang diselenggarakan pihak SIT (Shibaura Institute of Technology, lokasi studi penulis saat ini) tentulah belum cukup untuk menghadapi setidaknya tiga tahun mendatang. Perlu lah saya berlatih menggunakannya dalam percakapan. Bukan hal mudah untuk praktek nyata. Namun kalau tidak dicoba, mana bisa kemampuan berbahasa ini ditingkatkan. Hehehe..

Meski saya (saat ini) belum lancar dan mahir berbahasa Jepang, izinkanlah saya berbagi pengalaman dan pemahaman dalam belajar bahasa Jepang. Bila ada kesalahan dalam penyampaian dan membutuhkan koreksi silakan sampaikan melalui kolom komentar, sehingga saya dapat kembali belajar dan memperbaikinya dengan harapan semua dapat belajar dengan lebih baik lagi.

Di bagian pendahuluan ini, saya akan menuliskan buku dan web yang sempat dan/atau masih saya gunakan untuk belajar bahasa Jepang. Barangkali dapat dijadikan bahan referensi bagi yang berminat belajar bahasa Jepang juga.

Buku:

Minna no Nihongo I dan II (lebih suka yang tulisannya bahasa jepang semua, jadi melatih mata membaca, walau belum tamat bacanya, tapi saya rekomendasikan buku ini)

Web:

Japanese class (http://japaneseclass.jp/), di web ini tersedia quiz harian untuk kehadiran, dan quiz untuk setiap level pelajaran. Layaknya bermain game, jika benar menjawab maka exp kita akan bertambah, sedangkan jika salah akan berkurang.

Memrise (https://www.memrise.com/), di web ini tersedia course untuk berbagai bahasa, tidak terbatas pada bahasa Jepang saja. Kalau baca buku Minna no Nihongo, bisa cari coursenya juga di sini, kosakata yang dipelajarinya sama, sehingga lebih membantu.

Tentunya masih banyak buku dan web yang dapat digunakan. Tidak terbatas pada yang tercantum di atas.

Selamat belajar..

Benkyou o shimashou!

Tuesday 25 August 2015

My First BBQ Party in Japan

Ini adalah kali pertama saya ber-barbekyu di Jepang, bersama sensei dan kawan-kawan lab, juga rekan-rekan dari laboratorium tetangga. Mayoritas yang datang adalah orang Jepang, dan dengan terbatasnya kemampuan saya berbahasa Jepang saat ini, percakapan yang terjadi mungkin tidak terlalu interaktif. Namun saya sangat senang karena mereka tetap berusaha membuat percakapan kami dapat saling dipahami.

Pesta barbekyu ini diselenggarakan di Shiokaze Park, Odaiba. Di taman ini memang disediakan area khusus untuk barbekyu. Kita bisa membuat reservasi terlebih dahulu. Untuk menuju area ini, dapat menggunakan Yurikamome line, dan turun di Daiba atau Funenokagakukan Station. Atau Rinkai Line kemudian turun di Tokyo Teleport Station. Info lebih lengkap tentang taman ini bisa dicek di sini.
Peta lokasi Shiokaze Park
Karena ini kali pertama saya mengikuti "pesta" dari lab, ada beberapa hal yang menarik perhatian saya.

Yang pertama, segala persiapan dilakukan bersama. Jadi semuanya dari kita, untuk kita. Tentu ada pihak yang diposisikan sebagai leader untuk mensukseskan acara ini. Sehingga keberjalanannya lebih terarah. Beruntungnya saya, yang menjadi leader untuk pesta BBQ ini berasal dari lab saya, sehingga memudahkan saya untuk mengkomunikasikan bahan makanan yang tidak boleh saya konsumsi. Meski saya baru memastikan bahwa saya akan turut hadir pada H-2, namun mereka dengan senang hati menyiapkan. "Fish and vegetables. Ok?" tanya mereka.

Yang kedua, semua biaya untuk pesta ini adalah udunan dari setiap peserta yang ikut. Benar-benar dari kita, untuk kita. Keuangan pun langsung dikelola oleh sang leader.

Yang ketiga, ada bahan-bahan yang cukup mengejutkan bagi saya. Labu. Heran rasanya melihat labu dibakar di atas bara. Tapi ternyata enak juga. Ada kerang yang mirip mata kebo (yang pernah saya makan waktu bertualang ke Sayangheulang). Lalu ada ikan yang banyak sekali telur di dalamnya, super banyak. Sepertinya volume telurnya lebih banyak dibandingkan dengan volume dagingnya. Saya lupa nama ikannya, dan ternyata memang telurnya itu yang jadi bagian utama. Hmm,, belum paham sih, tapi enak juga. Hehehe..

Yang keempat, bagaimana pun berantakannya saat barbekyu, semua peralatan dan sisa bahan makanan dibereskan. Sampah-sampah pun dikumpulkan, bahkan tetap dipilah-pilah berdasarkan jenisnya.

Yang kelima, acara diakhiri dengan foto bersama masing-masing lab. Seolah-olah tidak boleh dilewatkan ya mengabadikan momen kebersamaan ini. Tentu sensei pun turut berfoto.

Persiapan pesta barbekyu

Masih persiapan pesta barbekyu

Barbekyu sayuran dan kerang (yang kuning itu labu)

Ini dia kerang "mata kebo", sepertinya semua kerang yang seperti ini berpenutup sepola ya.

Ikan yang lebih banyak telurnya dibanding dagingnya
Menyenangkan sekali bisa menikmati pesta barbekyu bersama kawan-kawan baru. Berbagi cerita dengan segala keterbatasan kosakata. Semoga kegiatan berikut-berikutnya semakin menyenangkan.

(Shiokaze Park, 23 Agustus 2015)


Monday 10 August 2015

Mengurus Visa Belajar di Kedubes Jepang

Well, setelah sekian lama menanti, akhirnya CoE (Certificate of Eligibility) sudah di tangan. Saatnya mengurus visa...

Mengapa perlu menunggu CoE? Yup, karena ini adalah salah satu syarat untuk permohonan visa pelajar. Jadi kita belum bisa mengurus permohonan visa, jika berkas asli dari CoE ini belum kita terima. CoE merupakan dokumen yang dikeluarkan oleh kantor imigrasi di Jepang. Untuk pengurusannya ditangani oleh pihak kampus. Saya cukup mengisi formulir yang mereka kirimkan dan mengirimkan kembali formulir yang sudah dilengkapi. Pada pengalaman saya untuk pengurusan hingga mendapat lembar CoE ini butuh waktu sekitar 3 minggu. Waktu yang cukup untuk kita bisa mempersiapkan persyaratan lainnya untuk pengurusan visa belajar ini.

Saya ingin berbagi pengalaman saat mengurus visa belajar di Kedubes Jepang. Ya, saat mengurusnya saya merasakan berbagai kekhawatiran, sehingga saya pun mencari-cari cerita pengalaman orang lain dari beberapa blog. Berikut diantaranya:

https://farahfitriani.wordpress.com/2012/08/08/pengalaman-mengurus-visa-pelajar-ke-jepang/
http://razenamikaze.blogspot.com/2013_08_01_archive.html
https://safirsyifa.wordpress.com/2013/08/19/mengurus-visa-belajar-ke-jepang/

Untuk informasi permohonan visa secara umum dapat dilihat di sini.

Permohonan visa harus diajukan ke kantor kedubes/konjen yang sesuai dengan wilayah yurisdiksi (wilayah kerja) masing-masing. Karena paspor saya tercatat di wilayah Jawa Barat, maka saya harus mendatangi Bagian Konsuler Kedutaan Besar di Jakarta. Wilayah yurisdiksi masing-masing dapat dilihat di sini.

Lokasi Kedutaan Besar Jepang di Jakarta
Kedutaan Besar Jepang di Jakarta terletak di Jl. MH. Thamrin, Jakarta Pusat. Halte busway terdekat adalah Sarinah, dengan waktu tempuh berjalan kaki kurang lebih 5 menit ke arah bundaran HI.

Untuk permohonan visa, kita harus datang antara pukul 08.30 - 12.00 pada hari kerja (Senin-Jumat). Kantor akan tutup pada hari libur nasional dan hari libur kedutaan. Kalau hari libur nasional pasti kita sudah familiar. Jadi yang perlu diperhatikan adalah hari libur kedutaan. Jangan sampai sudah jauh-jauh datang ke kedutaan, namun ternyata libur.

Barang yang wajib dibawa adalah kartu identitas (KTP/SIM). Kartu ini akan ditukar dengan kartu tanda masuk kantor kedutaan yang akan ditukar kembali ketika keluar dari kantor kedutaan. Tentu dokumen yang dibutuhkan untuk permohonan visa pun harus dibawa lengkap.

Visa Belajar termasuk dalam kategori Visa Khusus. Berdasarkan web Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia, dokumen-dokumen yang perlu dilengkapi dalam mengajukan permohonan visa ini adalah:
  1. Paspor asli
  2. Formulir permohonan visa. [download (PDF)] dan Pasfoto terbaru (ukuran 4,5 X 4,5 cm, diambil 6 bulan terakhir dan tanpa latar, bukan hasil editing, dan jelas/tidak buram)
  3. Fotokopi KTP (Surat Keterangan Domisili)
  4. Certificate of Eligibility (Asli dan fotokopi)
Berdasar pada pengalaman orang lain yang telah saya pelajari terlebih dahulu, segala bentuk fotokopi saya buat dalam kertas A4 (tidak dipotong).

Saat masuk ke dalam kantor kedutaan, kita akan diminta menyerahkan identitas diri yang ditukar dengan kartu pengunjung. Setelah itu kita akan melewati pemeriksaan barang-barang, seperti hendak masuk bandara. Kemudian kita menuju ruang tunggu dan mengambil nomor antrian. Perhatikan nomor antrian, jangan sampai terlewat. Setelah nomor kita dipanggil, kita akan menuju loket yang dimaksud untuk menyerahkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Apabila sudah lengkap, petugas akan memberitahukan kapan kita dapat mengambil visanya dan memberikan lembar bukti untuk pengambilan. Tidak ada kesulitan jika semua dokumen sudah lengkap. Biaya pembuatan visa dibayarkan pada saat pengambilan visa.

Untuk pengambilan visa, waktu yang ditentukan adalah pukul 13.30-15.00. Namun sebelum pintu kedubes dibuka pun sudah banyak yang mengantri. Antriannya pun akan mengular. Lumayan kalau harus mengantri di luar, dengan panasnya Jakarta.

Proses masuk ke kedubes tetap sama. Namun saat di loket, kita cukup memberikan lembar bukti untuk pengambilan visa. Setelah itu, petugas akan mengambil dokumen kita dan memberitahukan jumlah yang harus dibayarkan. Kemudian dengan membayar sejumlah biaya yang telah ditentukan maka visa sudah dapat dibawa pulang. Untuk beberapa kasus dari sejumlah kawan, ini bergantung pada beasiswa yang diperoleh, apakah meng-cover juga biaya pembuatan visa atau tidak. Karena pada kasus saya tidak di-cover, maka saya membayar sendiri biaya pembuatan visa tersebut. Jadi harap diperhatikan ya detail beasiswanya.

Semoga bermanfaat. 





Thursday 25 June 2015

Trip to Japan - Part 0 - Berita Tak Terduga

Ini cerita di penghujung tahun 2013. 
Sudah terlalu lama berada di draft.
Akhirnya (terpaksa) diselesaikan juga.
============================

"Mba, mau ikut ke Jepang?"

Begitulah isi pesan singkat dari adik saya. Saat membacanya saya mengernyitkan kening. Sampai keriput-keriput kalau bisa. Apa maksudnya sih? Serius apa bercanda?

Setelah memikirkannya sejenak dengan alam pikiran yang melanglang jauh akhirnya saya putuskan, mau bercanda atau serius, jawaban saya hanya satu.

"Mau."

Mengapa tidak? Jepang adalah salah satu negara yang ingin sekali saya kunjungi.

Setibanya di rumah, saya langsung mengklarifikasi pesan tersebut. Ternyata adik saya memenangkan undian yang diadakan oleh Lawson dengan hadiah perjalanan ke Gunung Fuji, Yamanashi. Informasi kemenangan ini berupa telepon ke rumah yang kemudian dilanjutkan dengan surat menyurat melalui surel.

Masih tidak dapat dipercaya. Kami belum bisa sepenuhnya senang hati. Hingga tiba hari dimana para pemenang dikumpulkan untuk menerima hadiah tersebut secara simbolis. Acaranya diadakan di Mandarin Hotel, Jakarta Pusat (16 Oktober 2013). Ini bukan mimpi atau tipuan belaka. Bahkan Gubernur Yamanshi datang langsung untuk menyelamati para pemenang, ditemani perwakilan dari PT Midi Utama Indonesia Tbk dan Garuda Indonesia. Dengan ini kami yakin, insya Allah kami akan dapat menginjakkan kaki di negeri sakura.

Ucapan selamat bagi para pemenang undian Lawson

*Berita lengkapnya dapat dibaca di sini.

Sunday 7 December 2014

Is it only laboratory activity?

Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Well, my college life was end two years ago. It should be the one of memorable part of life. Meeting new people with the different cultures, doing many new activities, joining the student club, and so on.

In the third year of my study in college, laboratory activity dominated my time. In each semester, we should take two subject with laboratory activity. Each subject may have at least four sections. In each section, we have to do the preliminary task before doing practicum. It was not as easy as said, there was a bunch of problem that should be solved within 24-hours, yeah, only 24-hours. Oftentimes my classmate missed the class for finishing it.That was not a good way for facing it. But it was hard to choose, entering the class or finishing the task. You can not join the practicum if you don't finish the task, but the material that was taught in the class is also important. In this way, I realized that doing some thing effectively and efficiently is obligatory.

Before we started the practicum, we got some questions from laboratory assistants. All of the question was related to the practicum. If we fail to answer the questions, the assistants would ask another question until we can answer it or give us time for extra study, but the worst case is not to allow us to do practicum in that section and we have to come again in the next schedule. It was one of the reasons why laboratory activity dominated my time. If you failed once, you should allocate the extra time for the practicum. It was make me study more and more instead of fail to join the practicum.

Some of laboratory activities in my major are dangerous things. We generated electricity with high voltage or high current. In other activities, we run the electric motor that the size is bigger than water gallon. So we should do the practicum carefully. The preliminary tasks and questions are to ensure that we capable to do the practicum or not.

Finally, laboratory activity sounds like scary. But I don't think in that way. There are many interesting thing there. Unbelievable, in the practicum, I can recognize if the motor speed reach 1500 rpm just by hearing the sound (but I can't do it now ^^, how poor am I..). Another interesting thing is to see the electric spark just looks like lightning.

So, is it only laboratory activity?

How about you, Susi, Sidik, Derip? I also want hear your stories..


'This post is my entry for 'My College Diary' contest held by travel blog My Yatra Diary in collaboration with Collegedunia.com'