Thursday, 1 March 2012

Ada Apa di Malam 28 Februari?

Dua puluh delapan Februari. Apa yang istimewa dengan tanggal itu? Tak ada tampaknya, kecuali masih ada esok, satu hari lagi di bulan Februari untuk tahun ini.

Memang tidak ada yang istimewa. Saya pergi ke kampus seperti biasa saja. Pulang pun sama saja, seperti biasa menggunakan angkot SSC (Sadang Serang-Caringin) lalu dilanjutkan dengan KRD keberangkatan jam tujuh malam dari stasiun Bandung. Malam itu pun saya tiba di Gadobangkong dengan sambutan hujan gerimis.

Dengan berbekal payung biru bergambar Winnie the Pooh, saya menerjang hujan yang semakin lama semakin deras. Jika berjalan santai, saya hanya perlu waktu 25 menit untuk tiba di rumah. Ya, jalanan itu agak menyeramkan bagi saya untuk menyeberang. Jalanan yang terus menurun dari arah jembatan Gadobangkong hingga belokan setelah pom bensin membuat tikungan di bawah sana itu rawan sekali menjadi tempat terjadinya kecelakaan. Untuk alasan itulah, saya lebih memilih berjalan kaki saja. Karena untuk naik angkot saya harus menyeberang dan menyeberang lagi setelah sampai. 

Belum ada 400 meter saya berjalan, hal yang mengejutkan terjadi di seberang jalan tempat saya berjalan saat itu. Kejadiannya begitu cepat, hingga yang dapat saya lihat hanya hasil dari kejadian itu saja. Ya, yang saya lihat hanya orang-orang yang tergeletak di jalan dengan helm yang terlepas dari kepalanya, juga motor yang jatuh tersungkur. Cepatnya kejadian dan hujan yang mengguyur membuat semua tak tampak dengan jelas. Panik tentu saja. Tak peduli hujan masih turun dengan deras, saya tutup payung dan bersegera berlari ke arah kejadian sembari berusaha menghentikan kendaraan-kendaraan yang lewat dengan jalan melambat dan meminta pengendaranya membantu terlebih dulu sebelum melanjutkan perjalanan mereka. Tanpa ragu-ragu saya membantu mengangkut salah satu korban. Tidak sendiri tentu karena bahkan diangkut oleh berempat saja kami sudah berpayah-payah.

Sulit rasanya menggambarkan apa yang terjadi sebenarnya. Yang pasti, yang saya dapati saat itu adalah adanya empat orang korban. Tiap dua orang berboncengan sehingga ada dua motor yang terlibat dalam kejadian itu. Dua pengendara di motor yang pertama sama sekali tidak memiliki identitas. Sulit sekali mengidentifikasinya karena meski tidak terlihat ada luka luar, mereka tidak sadarkan diri. Entah karena benturan atau mabuk minuman keras. Saya tidak berani menyelidiki lebih jauh. Cukup mengerikan melihat darah keluar dari mulut mereka. Yang ada hanyalah nomor kendaraan yang mereka gunakan. Telepon seluler, bahkan dompet pun tidak ada.

Teringat akan adanya korban yang lain, saya pun berpindah posisi menuju tempat pengamanan dua korban lainnya itu. Ternyata dua korban lagi tetap sadar. Yang pertama ada seorang pemuda dengan usia sekitar 25 tahunan. Dia terduduk dengan memegang telepon seluler. Wajah bagian kanan penuh luka. Bagian dahi dan pipi terkoyak dan terus menerus mengeluarkan darah merah. Luka kecil saja sudah membuat saya meringis, apalagi luka seperti ini. Namun saya tetap berusaha menjaga ekspresi untuk tidak berlebihan agar tidak membuat korban menjadi lebih panik. Korban yang satu lagi adalah bapak-bapak kisaran usia 50 tahunan. Beliau ditidurkan terlentang dengan alas kardus dan koran. Di wajahnya tidak ada luka-luka berarti seperti sang pemuda tadi, yang terlihat hanya lecet kecil saja. Tapi entah apa yang membuat sang bapak tidak bisa menggerakkan tubuhnya untuk bangun. Pertanyaan itu pun terjawab ketika sang bapak itu menekuk lutut kanannya. Sangat jelas terlihat, lututnya robek hingga terlihat bagian tulangnya. Ah, sungguh tak sanggup saya berlama-lama melihatnya. Dengan segera saya alihkan pandangan ini ke tempat lain, dan berusaha mengatakan pada bapak itu untuk tidak menekuk kakinya. Saya sangat takut lukanya bertambah parah.

Beruntung untuk dua korban terakhir yang saya ceritakan ini, mereka sadar dan dapat dengan mudah menghubungi kerabatnya. Meski dengan kondisi linglung, sang pemuda dapat mengontak familinya yang tidak lama kemudian datang dan membawa mereka berdua ke rumah sakit.

Hari sudah beranjak sangat malam, hampir menunjukkan pukul sembilan malam. Jadi, saya putuskan untuk pulang setelah bapak dan pemuda itu dibawa pergi ke rumah sakit. Namun sebelum saya pergi meninggalkan kondisi kejadian, saya menyempatkan diri melihat motor yang dikendarai mereka. Terang saja, bagian kanannya rusak parah, sampai-sampai kunci motor pun tertahan di sana tidak dapat dilepas. Hal ini pun menjelaskan mengapa sang bapak itu bisa mendapat robekan di lutut kanannya.

Hingga saya pulang, tampaknya belum ada penanganan yang berarti untuk dua korban lainnya yang tanpa identitas itu. Menurut keterangan yang saya peroleh dari orang-orang yang turut membantu penyelamatan korban, akhirnya yang dihubungi adalah polisi agar dapat dilacak dari nomor kendaraan yang digunakan.

Malam yang menegangkan untuk saya, dan juga menyisakan sedikit trauma untuk berkendaraan atau pun berjalan di daerah tempat lalu lalang kendaraan.

Namun ada beberapa pelajaran yang saya ambil dari kejadian ini adalah

  1. Selalu bawa identitas ke mana pun kita pergi.
  2. Simpan nomor kontak keluarga/kerabat yang mudah dihubungi, bisa di dalam telepon seluler atau di dalam dompet.
  3. Jika berkendara, pastikan peralatan keselamatan yang dipakai memenuhi standar. Harga peralatan yang mahal tetap tidak sebanding dengan nyawa.
  4. Simpan nomor kontak rumah sakit terdekat dengan jalur aktivitas kita.
  5. Ingat kembali pelajaran tentang pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) agar dapat memberikan penanganan darurat sebelum ada pertolongan dari petugas medis.
  6. Selalu berdoa dan meluruskan niat dalam beraktivitas.

Wallahu alam.

Lokasi kejadian: Jalan Raya Gadobangkong Padalarang

2 comments:

  1. wah, wah,,
    melihat maba histeris masal di lantai 3, beberapa pingsan & beberapa serangan asma aja udah bikin lutut lemas... (baru terasa lemas setelah menggotong ke lantai 1 dan mengantar ke klinik).
    Pdhl tanpa ada sesuatu yg berwarna merah mengalir,, -___-


    P.S. 28 feb, mama aku ulang tahun :D #iklan

    ReplyDelete
    Replies
    1. menuliskannya saja membuat kembali merinding
      awalnya ingin sih mengabadikan segala sesuatunya
      tapi selain tak sempat, juga gak enak lah sama korbannya,, alhasil cuma motret motornya yang babak belur..
      *belom sempet di-sensor plat nomernya, jadilah belum ditampilkan*

      note: wuah,, selamat untuk mama nya lily :)

      Delete

Just let me know that there is a comment here,,