Friday, 30 September 2011

Es Krim dan Hujan [part one]

Tahun ini berbeda dari biasanya. Entah mengapa saya ingin memberi sedikit kejutan pada ibu saya di hari peringatan kelahirannya, 4 Februari. Padahal di keluarga kami tidak ada tradisi untuk memperingati hari kelahiran. Hanya kangen saja, karena sudah lama tidak berkumpul bersama, sebab saya selalu di asrama, sedangkan adik saya ikut bersama nenek, dan alhasil ibu saya sendiri saja di rumah.

Banyak ide yang terlintas di dalam benak saya,. Namun akhirnya terpilih satu ide, es krim. Ya, santapan ini jarang-jarang hadir di tengah-tengah kami, belum lagi beberapa kali rencana makan es krim itu gagal, mati lampu lah, habis lah. Jadi saya rasa ini adalah saat yang tepat untuk menikmati es krim (salah satu makanan favorit saya). Adik saya pun setuju.

Setelah saya berpikir lagi, tercetuslah keinginan untuk membelikan kado juga. Ya, menyenangkan hati orang tua boleh donk (teringat kado yang saya berikan padanya tahun lalu: kain kerudung dan bros,hehehe) meski memang cara yang ditempuh bisa berbagai macam. Saya pun memutuskan untuk membeli buku yang berkaitan dengan kerajinan tangan, lumayan untuk referensi barang produksi kelak. Yupz, inginnya sih beli yang impor (dari Jepang), tapi harganya itu lho... Tak cukup lah budgetnya. (so, maybe next time). Akhirnya saya cari buku dengan range harga yang terjangkau oleh kocek saya yang terbatas ini.

Tibalah pada sore empat Februari. Adik saya menjemput ke asrama.

Ternyata perjalanan kami tidak terlalu mulus. Dengan mengendarai motor, turunnya hujan kala itu benar-benar menjadikan perjalanan kami pulang ke rumah seperti perjuangan berat menuju tempat yang jauh. Selain membuat sekujur tubuh basah kuyup, hujan yang tercurah dengan deras itu pun seolah menghanyutkan keinginan untuk membeli es krim. Dingin-dingin begini makan es krim? Tapi, setelah tiba di depan sebuah mini market tidak jauh dari rumah, kami meyakinkan diri untuk tetap membeli es krim V*******a.

Setelah membeli es krim, kami langsung melanjutkan perjalanan. Mulanya kami berharap bisa memberikan surprise dengan mengendap-endap masuk rumah, tapi apa daya, baru saja tiba di depan gerbang, ibu saya sudah keluar rumah dan melihat kami. Gagal sudah.