Kalau postingan yang kemarin ditulis berdasarkan diskusi-diskusi dalam kelas, kali ini saya mencoba mengangkat obrolan singkat dengan seorang teman dalam perjalanan menuju kampus. (Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada teman saya itu, karena telah bersedia memberikan tumpangan. Maaf sering merepotkan)
Kata-kata pendahuluan saya cukupkan sekian. Langsung saja ke topik utama.
Siapa sih yang sekarang mau minum air dari PDAM? Ah, sepertinya tak ada. Saya menjawab tanpa pikir panjang. Setelah sesaat sama-sama terdiam, barulah saya paham apa maksud pertanyaannya itu. Ya, kalau memang tidak layak minum hingga orang-orang tidak mau minum dari air tersebut, mengapa namanya harus PDAM - Perusahaan Daerah Air Minum? Kenapa bukan PDAB saja misalnya - Perusahaan Daerah Air Bersih? Apa hanya karena visi perusahaan?
Hei, ternyata topik utamanya pun hanya pendek saja. Ya, baru sekedar berbagi cerita saja. Mungkin kelak ada kajian yang sungguhan mengapa namanya masih saja PDAM.
Thursday, 3 November 2011
Kendaraan Berbahan Bakar Air
Kendaraan berbahan bakar air? Mungkinkah ada?
Saya hanya teringat akan diskusi-diskusi kecil yang kerap kali terjadi dalam kelas. Tentu saja tidak jauh-jauh dari permasalahan energi. Mau bagaimana lagi, memang ranah saya ada di sana. Cukup menguntungkan, karena kondisi ini membuat saya jadi lebih banyak berpikir dan peduli akan masalah energi.
Kali ini topik yang ingin saya angkat adalah mengenai bahan bakar. Pernah tercetus suatu pendapat, selama ini kita justru menggunakan tabungan energi untuk hidup. Ya, bahan bakar fosil terhitung sebagai tabungan energi. Lantas apa yang akan terjadi kalau tabungan itu habis? Padahal kita bergantung pada tabungan itu. Maka mulai bermunculanlah ide-ide untuk penggunaan sumber energi yang terbarukan.
Saya rasa jika kita memanfaatkan sumber energi terbarukan yang beragam itu tentu menuntut keberagaman jenis kendaraan juga. Kondisi ini malah menuntut ketidakefisienan tentu saja. Jadi yang pasti terpikir dalam benak adalah transformasi energi ke dalam bentuk yang lebih universal. Tentu saja listrik sebagai energi sekunder dapat menjadi jawabannya. Bagaimana tidak. Kebanyakan sumber energi primer dapat dikonversi menjadi listrik, dan listrik sendiri dapat diubah menjadi berbagai bentuk energi. Sehingga dapat disimpulkan kendaraan dengan sumber energi dari listrik dapat menjawab permasalahan kita.
Jadi bukannya tidak mungkin kita berkendara dengan bahan bakar air. Karena air pun dapat dipergunakan untuk membangkitkan energi listrik.
Wallahu alam.
Saya hanya teringat akan diskusi-diskusi kecil yang kerap kali terjadi dalam kelas. Tentu saja tidak jauh-jauh dari permasalahan energi. Mau bagaimana lagi, memang ranah saya ada di sana. Cukup menguntungkan, karena kondisi ini membuat saya jadi lebih banyak berpikir dan peduli akan masalah energi.
Kali ini topik yang ingin saya angkat adalah mengenai bahan bakar. Pernah tercetus suatu pendapat, selama ini kita justru menggunakan tabungan energi untuk hidup. Ya, bahan bakar fosil terhitung sebagai tabungan energi. Lantas apa yang akan terjadi kalau tabungan itu habis? Padahal kita bergantung pada tabungan itu. Maka mulai bermunculanlah ide-ide untuk penggunaan sumber energi yang terbarukan.
Saya rasa jika kita memanfaatkan sumber energi terbarukan yang beragam itu tentu menuntut keberagaman jenis kendaraan juga. Kondisi ini malah menuntut ketidakefisienan tentu saja. Jadi yang pasti terpikir dalam benak adalah transformasi energi ke dalam bentuk yang lebih universal. Tentu saja listrik sebagai energi sekunder dapat menjadi jawabannya. Bagaimana tidak. Kebanyakan sumber energi primer dapat dikonversi menjadi listrik, dan listrik sendiri dapat diubah menjadi berbagai bentuk energi. Sehingga dapat disimpulkan kendaraan dengan sumber energi dari listrik dapat menjawab permasalahan kita.
Jadi bukannya tidak mungkin kita berkendara dengan bahan bakar air. Karena air pun dapat dipergunakan untuk membangkitkan energi listrik.
Wallahu alam.
Subscribe to:
Posts (Atom)