Minggu lalu ketika merapikan kamar, saya menemukan selembar kertas yang berisi tulisan tangan saya. Setelah dibaca, barulah saya ingat, bahwa itu adalah salah satu tugas ketika INKM ( semacam kegiatan penerimaan mahasiswa baru ). Karena saya merasa tergelitik oleh tulisan saya sendiri, maka saya ketik ulang naskah itu agar sahabat yang lain bisa membacanya juga.
Tidak terlalu panjang memang, tapi cukup untuk mengingatkan saya pada pandangan saya terhadap makna sukses ketika itu. Cobalah dibaca. Semoga menginspirasi.
Ditulis kembali dengan sedikit perubahan yang tidak mempengaruhi isi maupun alurnya, hanya ada beberapa kata yang diganti dengan yang saya rasa lebih pas.
Review SSDK (Strategi Sukses di Kampus)
oleh Imamul M EL'05
Sabtu, 16 Agustus 2009
Apa manfaat SSDK bagi saya?
Dengan mengikuti training SSDK ini saya berharap ke depannya saya dapat mengambil langkah-langkah yang memudahkan saya menempuh masa peralihan dari kehidupan sekolah ke kehidupan kuliah.
Membicarakan soal kesuksesan tidaklah akan ada habisnya. Hal ini terjadi karena setiap orang memiliki cara tersendiri ( yang unik ) dalam memaknai kata 'sukses'. Tidak ada yang bisa ( atau lebih tepatnya tidak boleh ) memaksakan ukuran suksesnya kepada orang lain. Dengan pola pikir yang berbeda, tiap orang akan memiliki ukuran kesuksesan yang berbeda pula. Misalnya mahasiswa fakultas kedokteran menganggap dirinya sukses setelah bisa menjadi dokter. Berbeda pula dengan seorang mahasiswa teknik informatika yang mengatakan sukses bila dia telah dapat membuat software yang berguna, dan tentu saja kita tidak memaksa mahasiswa teknik itu untuk menjadi dokter sebagai perwujudan kesuksesannya. Bila dipertanyakan mana yang lebih baik, tentu jawabannya adalah tidak ada. Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Keduanya hanyalah berbeda.
Cita-cita haruslah dijadikan arah dalam pemanfaatan potensi diri kita. Agar pemanfaatan potensi diri kita. Agar pemanfaatan potensi diri tidak sia-sia, cita-cita yang kita miliki haruslah jelas, spesifik, terukur, dan buatlah batasan waktu kapan harus tercapai. Tentu kita punya pilihan dalam menempuh jalan pencapaiannya, boleh baik atau buruk, dan hasil yang akan kita peroleh bergantung pada jalan apa yang kita tempuh.
Pradita Octoviandiningrum Hadi
16508227 - STEI
Kelompok 95
Dari tulisan saya di masa lalu itu ( hampir setahun lah ), ada kalimat yang saya rasa menarik. "Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Keduanya hanya berbeda." Mengapa ini begitu menarik dan menggelitik? Sama halnya dengan mana yang lebih baik? Wanita atau Pria? Jawabanannya tentu serupa. Tidak ada. Keduanya berbeda, jadi tidak bisa salah satunya lebih dari yang lain. Hal ini tentu berkaitan dengan tolak ukur yang dipakai. Yah, sebenarnya yang ingin saya sampaikan di sini, ayo kita buat ukuran kesuksesan kita sendiri, tidak perlu lirik kanan-kiri untuk menyamakan dengan tetangga, karena kita diciptakan unik, tidak perlu selalu serba sama dengan orang lain. Orang kembar sekalipun memiliki perbedaan.
Selain itu, kita juga harus menentukan arah yang ( seperti yang telah ditulis di artikel di atas ) jelas, spesifik, dan terukur, serta buatlah batasan waktu pencapaiannya. Hal ini diharapkan dapat memacu diri kita untuk selalu melakukan hal terbaik yang terarah. Jangan membuat batasan yang terlalu mudah, karena itu akan membuat kita menjadi malas dan tidak mengeluarkan potensi sesungguhnya. Namun jangan pula terlampau sulit, karena itu dapat membuat kita menyerah lebih cepat. Kita lah yang harus mengenali diri kita, mengukur batasan-batasan kita sendiri. Sekali lagi, ingatlah bahwa kita itu unik.
Tidak terlalu panjang memang, tapi cukup untuk mengingatkan saya pada pandangan saya terhadap makna sukses ketika itu. Cobalah dibaca. Semoga menginspirasi.
Ditulis kembali dengan sedikit perubahan yang tidak mempengaruhi isi maupun alurnya, hanya ada beberapa kata yang diganti dengan yang saya rasa lebih pas.
Review SSDK (Strategi Sukses di Kampus)
oleh Imamul M EL'05
Sabtu, 16 Agustus 2009
Apa manfaat SSDK bagi saya?
Dengan mengikuti training SSDK ini saya berharap ke depannya saya dapat mengambil langkah-langkah yang memudahkan saya menempuh masa peralihan dari kehidupan sekolah ke kehidupan kuliah.
Membicarakan soal kesuksesan tidaklah akan ada habisnya. Hal ini terjadi karena setiap orang memiliki cara tersendiri ( yang unik ) dalam memaknai kata 'sukses'. Tidak ada yang bisa ( atau lebih tepatnya tidak boleh ) memaksakan ukuran suksesnya kepada orang lain. Dengan pola pikir yang berbeda, tiap orang akan memiliki ukuran kesuksesan yang berbeda pula. Misalnya mahasiswa fakultas kedokteran menganggap dirinya sukses setelah bisa menjadi dokter. Berbeda pula dengan seorang mahasiswa teknik informatika yang mengatakan sukses bila dia telah dapat membuat software yang berguna, dan tentu saja kita tidak memaksa mahasiswa teknik itu untuk menjadi dokter sebagai perwujudan kesuksesannya. Bila dipertanyakan mana yang lebih baik, tentu jawabannya adalah tidak ada. Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Keduanya hanyalah berbeda.
Cita-cita haruslah dijadikan arah dalam pemanfaatan potensi diri kita. Agar pemanfaatan potensi diri kita. Agar pemanfaatan potensi diri tidak sia-sia, cita-cita yang kita miliki haruslah jelas, spesifik, terukur, dan buatlah batasan waktu kapan harus tercapai. Tentu kita punya pilihan dalam menempuh jalan pencapaiannya, boleh baik atau buruk, dan hasil yang akan kita peroleh bergantung pada jalan apa yang kita tempuh.
Pradita Octoviandiningrum Hadi
16508227 - STEI
Kelompok 95
Dari tulisan saya di masa lalu itu ( hampir setahun lah ), ada kalimat yang saya rasa menarik. "Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Keduanya hanya berbeda." Mengapa ini begitu menarik dan menggelitik? Sama halnya dengan mana yang lebih baik? Wanita atau Pria? Jawabanannya tentu serupa. Tidak ada. Keduanya berbeda, jadi tidak bisa salah satunya lebih dari yang lain. Hal ini tentu berkaitan dengan tolak ukur yang dipakai. Yah, sebenarnya yang ingin saya sampaikan di sini, ayo kita buat ukuran kesuksesan kita sendiri, tidak perlu lirik kanan-kiri untuk menyamakan dengan tetangga, karena kita diciptakan unik, tidak perlu selalu serba sama dengan orang lain. Orang kembar sekalipun memiliki perbedaan.
Selain itu, kita juga harus menentukan arah yang ( seperti yang telah ditulis di artikel di atas ) jelas, spesifik, dan terukur, serta buatlah batasan waktu pencapaiannya. Hal ini diharapkan dapat memacu diri kita untuk selalu melakukan hal terbaik yang terarah. Jangan membuat batasan yang terlalu mudah, karena itu akan membuat kita menjadi malas dan tidak mengeluarkan potensi sesungguhnya. Namun jangan pula terlampau sulit, karena itu dapat membuat kita menyerah lebih cepat. Kita lah yang harus mengenali diri kita, mengukur batasan-batasan kita sendiri. Sekali lagi, ingatlah bahwa kita itu unik.